Ustaz H. Mursalin Basyah, Lc, MA menyampaikan dalam ceramah Subuh di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Jumat, (27/9/2024), bahwa hikmah ke-56 dari Kitab Al-Hikam mengajarkan tentang kesadaran seseorang terhadap ketaatan yang dilakukannya. Seringkali, seseorang menganggap bahwa ketaatan tersebut datang dari dirinya sendiri, bukan sebagai anugerah dari Allah. Padahal, segala bentuk ketaatan dan kebaikan yang dilakukan manusia sebenarnya bersumber dari kehendak dan rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Contohnya, saat kita mampu melaksanakan shalat Subuh berjamaah, itu bukan semata-mata karena usaha kita sendiri. Bisa jadi, tanpa kehendak Allah, kita masih terlelap dalam tidur atau bahkan berada di tempat-tempat yang melalaikan. Oleh karena itu, setiap orang yang diberi kemampuan untuk taat harus bersyukur kepada Allah dan mengucapkan "Alhamdulillah" karena telah digerakkan-Nya untuk berada di jalan yang benar.
Ibnu Ajibah dalam syarahnya membagi ketaatan manusia ke dalam tiga level:
Level pertama. Pada level ini, seseorang menganggap ketaatannya berasal dari usaha dirinya sendiri. Ia tidak menyadari bahwa sebenarnya ketaatan itu adalah karunia dari Allah. Biasanya, orang dengan pemahaman seperti ini cenderung meminta balasan dari Allah atas ketaatannya. Ia mungkin berkata, “Aku sudah taat, sudah berbuat baik ini dan itu, maka aku berhak mendapat kebahagiaan, harta, atau kedudukan.” Sikap ini bukan berarti kita tidak boleh berdoa dan berharap kepada Allah, tetapi segala sesuatu harus dilakukan dengan ikhlas dan tidak mengharapkan imbalan secara langsung. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda bahwa segala sesuatu yang baik pasti akan mendapatkan balasan, tetapi niat yang mendasari harus bersih dari pamrih.
Level kedua. Pada level ini, seseorang cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain dan merasa dirinya paling taat. Hal ini dapat memunculkan sifat ujub, riya, dan takabur. Ia merasa lebih unggul dan paling dekat dengan Allah dibandingkan yang lain. Padahal, ketaatan yang ia lakukan hanyalah anugerah dari Allah, bukan hasil jerih payahnya semata.
Level ketiga. Level ini adalah kesadaran bahwa segala ketaatan datang murni dari kehendak Allah dan merupakan anugerah-Nya. Namun, pemahaman ini harus diimbangi dengan pembelajaran lebih mendalam agar tidak menimbulkan salah persepsi bahwa seseorang tidak perlu berusaha sama sekali. Pada level ini, seseorang benar-benar menyadari bahwa Allah-lah yang menggerakkan hati dan amalnya menuju ketaatan.
Demikian, semoga bermanfaat bagi kita semua dan dapat meningkatkan kesadaran dan keikhlasan dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Reporter: Darmawan Abidin
Editor: Sayed M. Husen