Dalam beberapa waktu terakhir, kita menyaksikan peningkatan kasus-kasus yang mengkhawatirkan dalam keluarga, seperti perceraian, perselisihan, hingga tindakan kriminal seperti pembunuhan. Faktor-faktor penyebab ini antara lain perselingkuhan,
ketidakbertanggungjawaban, kecanduan judi online, dan narkoba, serta meningkatnya angka kekerasan seksual.
Problematika generasi muda kita juga tak kalah serius. Banyak dari mereka menghabiskan waktu di warung kopi, kurang mampu membaca Al-Qur'an, dan terlibat dalam aktivitas negatif seperti begadang di warung kopi atau di jembatan-jembatan. Lebih mengejutkan lagi, kita sering mendengar ucapan-ucapan kotor dan tidak pantas dari mulut anak-anak kita.
Ada juga kasus yang diungkapkan oleh seorang ibu yang berkonsultasi dengan saya. Anaknya kecanduan judi online, menghabiskan uang hingga Rp 6 juta setiap hari. Selain itu, ada yang terjerumus dalam perilaku sesama jenis dan amoral, seperti mengirimkan video tidak senonoh kepada orang lain atas nama cinta. Na'udzubillahi mindzalik. Bahkan, menurut pihak kepolisian, perilaku seperti ini juga terjadi pada mereka yang sudah menikah.
Dari berbagai fenomena ini, terlihat bahwa masalah-masalah tersebut sangat berkaitan dengan kondisi keluarga di masyarakat kita saat ini. Ada beberapa penyebab utama yang dapat diidentifikasi:
Pertama, gaya hidup dan pertemanan. Pengaruh dari lingkungan pertemanan dan budaya literasi saat ini, serta pergaulan bebas, sangat besar. Misalnya, keinginan untuk memiliki barang-barang mewah seperti iPhone karena melihat teman-temannya memiliki.
Kedua, broken home. Anak-anak yang kehilangan kasih sayang karena orang tua sering tidak menjadi teladan yang baik di rumah, atau karena perceraian, yang membuat mereka kehilangan figur yang seharusnya memberikan contoh positif.
Ketiga, kehilangan pengasuhan ayah. Saat ini, kita menghadapi fenomena "father loss" di mana peran ayah dalam keluarga hampir hilang. Ayah yang seharusnya menjadi teladan dan berperan aktif dalam pengasuhan, kini lebih sibuk dengan aktivitas pribadi dan gadget, sehingga interaksi dengan anak-anak menjadi sangat minim.
Bagaimana kita harus menghadapi realitas ini? Solusi pertama adalah mulai dari diri kita sendiri dan keluarga kita. Langkah-langkah sederhana seperti memuji istri, menunjukkan kasih sayang, dan memahami bahasa cinta masing-masing sangat penting. Istri sebagai makhluk psikologis membutuhkan bahasa rasa seperti pujian dan perhatian, sementara suami sebagai makhluk biologis membutuhkan pelayanan. Kedua belah pihak harus saling memahami dan menghargai satu sama lain.
Selain itu, terhadap anak-anak, kita harus menunjukkan kasih sayang secara konsisten tanpa membedakan di antara mereka. Peluklah mereka, apresiasi usaha dan pencapaian mereka, dan berikan perhatian penuh.
Reporter: Burhanuddin Alkhairy
Editor: Sayed M. Husen
Photo Bersama Jama'ah Subuh GPS, Masjid Al-Wustha Jeulingke, 24 Agustus 2024 |