Irfan Maulana |
Saya sangat suka berdoa sesuatu yang simple kepada Allah. Saya pernah meminta agar cuaca hari ini cerah, minta jalanan tidak ada polisi berpeluit saat saya lewat, meminta ada diskon saat belanja, ataupun minta agar abang tukang somay langganan hari ini jualan.Tapi, ternyata tidak semua yang saya minta terkabulkan sesuai dengan permintaan. Hal itu sering membuat saya jadi sedih dan kecewa, tapi itu hanya sebentar.
Namun, saat saya meminta hal yang besar atau sesuatu yang sangat saya inginkan dalam hidup, tapi Allah tidak memberikannya, hal itu sering kali membuat saya sangat terpuruk dan terjatuh pada rasa kekecewaan yang mendalam.
Saya pernah meminta pada Allah supaya diloloskan Beasiswa S2 Magister Ilmu Hukum di Kota Malang yang sudah sampai pada tahap akhir setelah wawancara. Namun, Allah kala itu menjawab “tidak”. Saya gagal di seleksi akhir. Kemudian, saat memohon supaya seseorang yang sangat saya suka menjadi pendamping hidup, namun Allah kembali menjawab “tidak”. Dia menikah dengan orang lain.
Ketika Allah menjawab “tidak” terhadap permintaan saya, sangat sulit rasanya untuk menerima, sampai terpikir dalam pikiran bahwa Allah seperti tidak sayang karena terus menolak keinginan saya.
Tapi, tatkala saya mencari jalan keluar atau solusi atas persoalan ini, saya merasa tertegur oleh sebuah kisah Doa Umat Nabi Musa Yang Tak Terkabulkan yang saya temukan dalam kitab Risalah Nawadirul Hikayah karya Syaikh Ahmad Syihabuddin bin Salamah Al Qulyubi halaman 21
Kisah tersebut menceritakan bahwa pada suatu hari Nabi Musa melihat lelaki yang tergolong umatnya sedang menangis merintih dalam berdoa. Lelaki tersebut sangat khusyuk dan mengiba kepada Allah Swt. Lalu melihat lelaki tersebut, nabi Musa merasa kasian hingga berkata: “Ya Allah, andai saja saya berkuasa memenuhi permintaanya. Tentu akan kukabulkan,” ucap Nabi Musa.
Kemudian Allah menurunkan sebuah kabar “Wahai Musa, sesungguhnya ia memiliki seekor kambing. Dan Sungguh, (ketika berdoa) hatinya terpsaya terhadap kambingnya. Dan Saya (Allah) tidak akan mengabulkan doa seorang hamba yang meminta kepadsaya, sedang hatinya terpsaya pada selain diri-Ku.”
Meskipun nabi Musa sudah sangat yakin atas ketulusan dari doa lelaki tersebut, ternyata lelaki yang merintih berdoa dengan khusuknya tersebut di mata Allah ia tak ada apa-apanya, sebab dalam hatinya terpaut akan persoalan dunia berupa kambing yang ia miliki, sehingga oleh sebab itulah permintaannya belum diwujudkan oleh Allah Swt.
Kemudian setelah menerima kabar dari Allah Swt tersebut, Nabi Musa langsung memberitahukannya kepada lelaki tersebut. Maka bersegeralah lelaki itu untuk kemudian mengenyampingkan atau melupakan seluruh perkara duniawi dan kemudian berdoa kepada Allah dengan sepenuh hati tanpa ingat perkara dunia. Hingga akhirnya Allah pun mengabulkan doa hamba tersebut.
Kisah tersebut membuat saya mengintrospeksi diri dan doa-doa saya selama ini. Ternyata keseriusan berdoa baik dari segi lahir maupun batin sangat fundamental sebagai dasar demi terkabulnya permintaan kita. Ingat sekali lagi, bahwa Allah Swt tidak akan mewujudkan permintaan orang yang berdoa, sedangkan hatinya terpaut kepada hal duniawi.
Selama ini saya sadar, bahwa doa saya tidak tulus, saya terpikir hal dunia saat berdoa, saya buru-buru, dan berdoa sambil memikirkan deadline pekerjaan atau memikirkan balasan chat doi, pikiran melayang ntah kemana saat sholat, bahkan terkadang setelah salam terakhir langsung bangun dan berdoa sambil jalan dan pegang handphone.
Saya ternyata sering menyepelekan Allah Swt saat berdoa, padahal itu sangat fatal. Seperti yang dijelaskan oleh nabi Muhammad Saw dalam sebuah hadist
“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan (optimis), dan ketahuilah bahawa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (Hadis Riwayat At Tirmizi dari Abu Hurairah)
Maka nyata dari Hadis tersebut, bahwa Allah Swt tidak menerima doa dari hati yang lalai atau tidak serius dalam meminta kepada Allah. Oleh karena itu, saya mesti yakin atau optimiscdalam berdoa kepada Allah.
Saya belajar bahwa bagian yang terpenting dalam sebuah doa bukanlah permintaan, tetapi bagaimana kita berserah diri kepada Allah dan menempatkan hati betul-betul tulus kepada Allah Swt. Dalam doa bukan Allah mengikuti apa yang jadi kehendak kita, tapi Allah Swt yang akan menuntun hidup kita sebab Allah yang maha tahu.